Category: Filsafat Nusantara
- 
![[On going] Sistem Pangan Berkelanjutan dalam Perspektif Food-Feminism: Belajar dari Masyarakat Adat Cireundeu](https://www.aprianti.com/wp-content/uploads/2025/01/8b61bbbf-e573-47eb-8d79-db05a4afb741.jpeg) [On going] Sistem Pangan Berkelanjutan dalam Perspektif Food-Feminism: Belajar dari Masyarakat Adat CireundeuPenelitian ini mengeksplorasi implementasi sistem pangan berkelanjutan dengan pendekatan food-feminism di masyarakat adar Cireundeu, Melalui metode ground theory, penelitian ini menganalisis integrasi nilai keberlanjutan dan perspektif gender dalam sistem pangan lokal. Hasil penelitian memberikan wawasan baru tentang penerapan food-feminism di Cireundeu dan kontribusinya terhadap keberlanjutan sistem ketahanan pangan berlandaskan kearifan masyarakat dan tradisi lokal. 
- 
 Membicarakan Filsafat SundaDapat ditarik kesimpulan bahwa secara metafisika atau ontologi suku, masyarakat Sunda menjalankan kehidupannya berdasarkan budaya yang dipupuk dan dikultivasi di kesehariannya, yaitu budaya berladang. Pada masyarakat dengan budaya berladang, konsep dualitas yang diharmonikan (Jalan Tengah, paradoks) lekat dengan kesehariannya. Dasar metafisikanya yaitu religio-magis, yakni mempercayai spontanitas spiritual ke material adalah bukti bahwa Sang Hyang Hurip… 
- 
 Tumpeng sebagai Kuliner Sakral bagi Masyarakat SundaTumpukan nasi kuning yang dibentuk kerucut seperti puncak gunung, lalu dihiasi dengan telur rebus, sayuran seperti tomat, kemangi, mentimun, dan juga lauk-pauk seperti tumis kentang, ayam goreng, perkedel, dan urap, awug di sekelilingnya. Itu lah tumpeng. Bentuk kerucut atau puncak gunung diyakini sebagai lambang gunung adat–yang sakral–yang dianggap keramat dan karenanya dihormati dengan sangat. Tumpeng,… 
