Revealing the hidden lives of ancient Greek women

Posted

by

Terjemahan bebas dengan modifikasi untuk catatan personal.

Menyingkap kehidupan tersembunyi perempuan Yunani kuno

oleh MARÍA JOSÉ NOAIN (National Geographic, 2022)


Selama berabad-abad, kepercayaan tentang peran anak perempuan dan perempuan di Yunani kuno berpusat pada betapa terbatas dan tersembunyinya kehidupan mereka. Perempuan dilimitasi dari ruang publik, kewarganegaraan yang tidak diakui, juga tidak bisa memiliki akses hukum atau tidak diakui hak politiknya. Diliyankan dari polis, perempuan direposisi ke oikos, perkara rumah tangga, sebagai istri, ibu, dan anak saja.

Sebagian besar gagasan ini berasal dari sumber tertulis dari Yunani klasik. Xenophon, Plato, dan Thucydides semuanya bersaksi tentang apa yang disebut inferioritas perempuan dibandingkan laki-laki. Ditulis pada abad ke-4 SM, Aristoteles juga menyatakan dalam bukunya Politics bahwa, “again, as between the sexes, the male is by nature superior and the female inferior, the male ruler and the female subject.” Banyak dari teks tersebut ditulis di Athena, yang mana memang mengkondisikan diberlakukannya limitasi atas kebebasan perempuan. Wilayah-seperti-kota seperti Sparta memiliki peluang lebih besar untuk kebebasan perempuan karena diperbolehkannya mereka mengikuti latihan (perang, dsb).

Sebagaimana terdapat perbedaan antar tempat, terdapat pula perbedaan antar kelas sosial. Perempuan miskin dan budak bekerja seringkali dipekerjakan/diposisikan memiliki tugas sebagai tukang cuci pakaian, penenun, pedagang, pengasuh anak, dan bidan. (Dibuktikan dengan) artefak-artefak keramik yang menunjukkan adegan perempuan yang diperbudak di pasar dan mengumpulkan air.

Melihat lebih jauh dari sumber teks, para peneliti menemukan kompleksitas yang lebih besar di bidang agama. Kuil-kuil di Yunani justru banyak diisi oleh Dewi-Dewi yang berkuasa seperti Athena, Dewi perang dan kebijaksanaan sekaligus patronnya kota Athena; atau juga Artemis, Dewi pemburu. Para arkeolog menemukan bahwa kehidupan pendeta membolehkan perempuan memiliki kebebasan dan kehormatan daripada yang dituliskan sebelumnya. Sehingga, pengalaman perempuan berarti tidak monolitik tapi beragam.

Para Gadis dan Pengantin

Kehidupan bagi perempuan biasanya berpusat pada 3 tahap: kore (gadis), nymphe (pengantin hingga melahirkan anaknya yang pertama), dan gyne (perempuan).

Kehidupan dewasa biasanya dimulai ketika pertengahan umur remaja, ketika seorang perempuan akan menikah dan secara formal pindah dari rumah Bapaknya ke rumah suaminya. Setiap pengantin biasanya memiliki dowry (mas kawn) yang tidak bisa diperoleh suaminya, namun jika pernikahannya gagal, uang tersebut akan dikembalikan kepada ayahnya. Ketika hari H pernikahan, pendamping pengantin perempuan biasanya membantu mempersiapkan purifikasi pengantin melalui air di dalam loutrophoros, bejana memanjang dengan dua pegangan dan leher sempit yang biasanya dihiasi dengan (ukiran/dekorasi) adegan pernikahan. Para arkeolog telah menemukan sisa loutrophoroi sebagai persembahan di berbagai kuil, termasuk di Tempat Suci Nymphe di Acropolis di Athena.

Pendamping tersebut mengenakan pakaian dan mahkota kepada pengantin perempuan di rumah Bapaknya, yang juga merupakan tempat di mana pernikahan berlangsung. Setelah upacara pernikahan, secara resmi hak asuh dan perlindungan dialihkan ke pihak suami. Prosesi meriah mengiringi pengantin baru menuju rumah barunya. Perayaan berlanjut hingga keesokan harinya, ketika pengantin perempuan menerima hadiah dari keluarga dan teman-temannya. 

Tempat Perempuan

Di rumah, perempuan menempati gynaeceum, ruang ekslusif hanya untuk perempuan. Representasi gynaceum biasanya muncul di keramik-keramik dan prasasti/batu-batu yang ada di pemakaman. Perempuan bertugas mengurusi ruang domestik, dan salah satu pekerjaan utamanya adalah memintal (wol) dan menenunnya. Banyak rumah memiliki alat tenun sendiri. Salah satu penenun paling terkenal dari mitologi Yunani adalah istri Odysseus, Penelope, seorang teladan keibuan dan kesetiaan. Ketika suaminya pergi selama 20 tahun karena perang di Troya, Penelope dihadapkan dengan situasi di mana banyaknya peminang untuk tujuan mengontrol Ithaca. Dengan menyusun tipu muslihat, Penelope menghabiskan hari-harinya menganyam kain untuk ayah mertuanya, hanya untuk mempreteli wol/benangnya lagi setiap malam dengan harapan, ketika dia menunda, suaminya akan kembali ke rumah.

Para arkeolog telah menemukan bahwa begitu banyak epinetra, pelindung paha yang digunakan oleh perempuan, saat bekerja menenun. Perempuan akan meletakkan potongan kayu atau keramik berbentuk setengah silinder pada satu kaki untuk menghindari noda pada pakaian mereka saat menyisir wol. Epinetra yang dihias dengan indah adalah hadiah pernikahan yang populer; banyak epinetra yang memiliki dekorasi kepala Aphrodite.

Para perempuan juga bertugas merawat anak-anaknya. Pendidikan anak perempuan dan anak laki-laki merupakan tanggung jawab perempuan, meskipun anak laki-laki diserahkan ke tangan seorang pendidik setelah usia tertentu. Musik, biasanya dalam bentuk permainan lyre (semacam dawai/kecapi), adalah bagian dari pendidikan anak perempuan. Perempuan juga memainkan peran penting dalam ritual pemakaman keluarga mereka. Mereka mempersiapkan jenazah dengan mengurapi dan membalutnya, dan mereka akan menjadi bagian dari prosesi pemakaman.

Terdapat beberapa perempuan yang mendapat akses pendidikan dan diapresiasi atas kontribusinya dalam seni dan sains. Sekitar 350 SM, Axiothea dari Phlius belajar filsafat di bawah pengajaran Plato (ada yang bilang Axiothea menyamar sebagai laki-laki supaya dapat belajar filsafat). Di abad ke 6 SM, pendeta Delphi bernama Themistoclea (atau yang dikenal sebagai Aristoclea) merupakan filsuf dan seringkali disebut menjadi guru bagi matematikawan Pythagoras.

Kehidupan Suci

Perempuan yang berpartisipasi dalam agama dan ritus-ritus sakral sebagai pendeta menikmati hidupnya di luar daripada ruang domestik. Hasil penelitian arkeolog Joan Breton Connelly menunjukkan bahwa di dunia Yunani, “religious office presented the one arena in which Greek women assumed roles equal and comparable to those of men.

Partisipasi relijius ini terbuka bagi anak-anak perempuan. Arrephoroi, misalnya, adalah para pembantu muda yang melakukan kerja-kerja ritual, mereka juga mengerjakan peplos (outer) yang nantinya didedikasikan ke Dewi Athena. Anak-anak yang berumur 5 dan remaja bisa dipilih menjadi little bears dalam sebuah ritual yang didedikasikan untuk Dewi Artemis di tempat sucinya, Brauron (sekitar 39 km ke arah tenggara dari Athena).

Menjadi pendeta menjadikan perempuan memiliki status yang tinggi. Di Athena, mungkin peran keagamaan yang paling penting adalah menjadi pendeta tinggi di Athena Polias, yang dalam perannya dapat diberikan hak dan kehormatan yang tidak dimiliki kebanyakan perempuan: Pada abad ke-2 SM, pendeta perempuan Athena diberikan kebebasan dari membayar pajak, hak untuk memiliki properti, dll. oleh kota Delphi. Nama-nama pendeta perempuan ini cukup terkenal sehingga digunakan oleh sejarawan kuno untuk menempatkan peristiwa-peristiwa penting dalam konteksnya. Sejarawan Thucydides menandai dimulainya Perang Peloponnesia dengan masa jabatan Chrysis, seorang pendeta untuk Dewi Hera di Argos sekitar tahun 423 SM, di samping nama-nama pejabat Athena dan Sparta.

Tokoh perempuan lain yang sangat penting dalam agama Yunani adalah Pythia, pendeta dengan status tinggi Apollo di kuilnya di Delphi. Juga dikenal sebagai Oracle of Delphi, dia memegang salah satu peran paling bergengsi di Yunani kuno. Laki-laki pun akan datang dari seluruh dunia kuno untuk berkonsultasi dengannya, karena mereka percaya Dewa Apollo berbicara melalui mulutnya.

Para pendeta memainkan peranan penting dalam perayaan-perayaan suci, yang beberapa di antaranya sebagian besar, bahkan secara eksklusif, hanya dihadiri oleh perempuan. Banyak di antaranya terkait dengan panen. Di festival Thesmophoria, para wanita berkumpul untuk memuja Demeter, Dewi pertanian, dan putrinya, Persephone. Selama festival Dionysiac di Lenaea, para perempuan mengikuti ritual pesta pora sebagai maenad (yang gila), untuk merayakan Dionysus, Dewa anggur.

Para sarjana/penstudi Yunani kuno terus menemukan semakin banyak kompleksitas dalam kehidupan perempuan Yunani kuno yang sebelumnya tersembunyi. Apa yang terungkap adalah gambaran budaya yang lebih lengkap, di mana pengalaman perempuan lebih kaya dan lebih bervariasi dari yang diperkirakan sebelumnya.


Sumber: https://www.nationalgeographic.com/history/history-magazine/article/revealing-the-hidden-lives-of-ancient-greek-women


error: Sorry, content is protected!